Loadingtea

Mengintip Aksi “Terselubung” AKBP Ridwan Raja Dewa SIK, Kapolres Tolitoli

 

Ckckckckck……di balik marwah seragam cokelat dan pangkat perwiranya, diam-diam AKBP Ridwan Raja Dewa SIK, Kapolres Tolitoli–putra daerah asal Sulawesi Tengah kelahiran Palu, ternyata sering bergerilya, aksi humanis terselubungnya kali ini benar-benar kepergok.

Apa yang sudah dilakukan ?

(Ahmad Hamdani / Nussa.co)

 

NUSSA.CO, TOLITOLI – Ciiiiiiet…Ciiieiiit..tiba-tiba saya menginjak pedal rem mendadak saat melintasi Jl. Kabinuang, motor berhenti asap kampas keluar. Itu semua terjadi karena mata saya ikut mendadak kaget, agak terhentak, kurang konsentrasi karena ada pemandangan tak lazim, Saya melihat seorang perwira polisi dua melati, sedang duduk di tengah tumpukan sampah TPA Jl. Kabinuang, Kecamatan Baolan.

Usut punya usut, ternyata sosok itu adalah Kapolres Tolitoli yang lagi dikepung puluhan pemulung sambil memegang nasi bungkus berkantong kresek berwarna merah hati. Judulnya pun berubah, makan bareng.

Sebenarnya, apa yang dilakukan Kapolres tersebut bukan hal baru, pria yang hobi berolahraga tinju ini terbiasa mendatangi pemukiman warga kurang mampu, jauh sebelum terciduk insan pers. Kerap bercengkrama, berinteraksi dan aksi sosial lainnya demi tugas negara atau pribadi, terkadang dilakoni seorang diri terkadang pula dikawal ajudan.

Umumnya, agenda makan bersama seorang pejabat sekelas Kapolres, perwira atau bahkan anggota polisi lainnya, sering terekam di rumah makan berkelas, atau minimal di rumah makan padang cepat saji, alias tidak pakai acara lama.

Namun, bagi Kapolres Tolitoli AKBP Ridwan Raja Dewa, makan di warung, hotel, rumah makan, dengan makan di pinggir jalan, apalagi di tengah tumpukkan sampah bersama pemulung itu tidak ada bedanya, sama saja. Seara lahiriah iya berbeda, dan perbedaan itu hanya rasa di lidah, selebihnya urusan Sang Pencipta perut.

“Wah…kebentulan, mari mas mampir, yuk kita makan bareng,” sergap Kapolres melarang saya berlalu, dan meminta bergabung untuk makan bareng pemulung, plus tamu tak diundang, lalat sebesar kuku kelingking ikut menyerang.

Sambil menyubit ayam lalapan, Kapolres dan saya rajin sekali menghalau lalat, maklum sampah di mana-mana, belakang, dekat kepala, “maju kena, mundur kena”.

Kapolres tak perduli, lanjut makan, lalat nakal itu sering hinggap di atas sisa ayam secuil,

tidak ada perasaan jijik apalagi mau muntah. Wajah Kapolres benar-benar natural, apa adanya, bukan setingan, iya sungguh apa adanya.

“Untuk mengusir perasaan sombong dan angkuh di hati, perlu sekali-sekali kita dudukan jasad diri ini di tempat kotor dan hina, sampah, tidak bernilai, ini bukan untuk dinilai tapi sarana tarbiyah latihan agar hati tambah yakin bahwa hanya Allah SWT yang patut dipuji dan diagungkan, juga sekaligus untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama, terutama terhadap saudara kita yang kurang mampu,” urai Kapolres ketika ditanya alasannya melakukan aksi makan bareng pemulung, pada setiap hari Jumat.

“Jumat depan mau makan apa bu ? bakso, sate, sebut saja, insyaallah ada rejeki kami kembali makan bersama, doakan ya bu, supaya Polres Tolitoli semakin lebih baik melayani, kami diberi kesehatan, dan bisa terus hadir untuk masyarakat Tolitoli,” pinta Kapolres seraya pamit untuk melanjutkan aktivitas kerjanya.

“Terimakasih pak Kapolres, semoga bapak selalu diberikan Allah keberkahan rejeki, sehat, berkah jodohnya, keluarga dilindungi, pekerjaan pak Polisi selalu dimudahkan. Aamiin…,” ucap syukur Sarinah, salah seorang pemulung yang diamini puluhan pemulung lainnya.

Ratna-pemulung senior mengaku, dalam sehari bisa mendapat barang sampah hingga puluhan kilo. Jika dikalkulasikan, setiap bulan hanya bisa meraup uang sebesar 300 ribu rupiah, itupun tidak menentu, terkadang kurang terkadang pula lebih.

Bravo Polres Tolitoli, bravo Kapolres Tolitoli AKBP Ridwan Raja Dewa SIK. Aksimu membuktikan bahwa Polri adalah benar-benar pengayom masyarakat. (**)