Sempat Tertunda karena Pandemi, Rela Jual Kebun Kelapa Demi ONH
Semangat Abdullah Berhaji di Usia 99 Tahun, Tertua se-Sulteng
Wajah Abdullah (99), pria sepuh hampir seabad ini seolah terus membuncah. Namanya spesial dipanggil di antara 339 orang yang berkesempatan memenuhi panggilan Allah SWT menuju Kota Nabi, tahun ini.
Dari Kecamatan Lampasio ke Makkah, Labbaik Allahuma Labaik….
(Ahmad Hamdani, Tolitoli)
MENGENAKAN sandal dari rumahnya, penampilan Kakek Abdullah begitu sederhana, teduh dan tidak banyak bicara. Kemeja batik yang dikenakan seragam, hijau bercorak ukiran ungu. Yang berbeda, jarinya sibuk gerak-gerik, bisa jadi zikir hati, itulah amalannya.
“Bapak gak punya amalan khusus nak, yah kalau malam sesekali tahajutan, gak ada jamu-jamuan diminum, sama seperti orang lain kerja di kebun, ya seperti itu,” tutur Hasma, istri Abdullah yang juga berkesempatan berhaji tahun ini.
Hasma menuturkan, tekad untuk naik haji bersama suami dibuktikan saat mendaftar 10 tahun yang lalu. Modalnya, selain hasil kebun kelapa juga dibantu 8 anak dan 12 cucunya.
“Sebenarnya, pada tahun ke-7 usai mendaftar dulu kita sudah akan diberangkatkan, tapi pas ada Covid-19 jadi ditunda, nanti sekarang baru boleh berangkat. Untuk setoran terakhir sewaktu pelunasan kami jual kebun kelapa nak, nda sampai 100 pohon dijual,” ungkapnya.
Tanda-tanda haji mabrur sebenarnya sudah nampak saat riuh ramai pelepasan. Mengetahui azan zuhur berkumandang, Abdullah cuek dengan pemandangan ramai itu. Ia bergegas angkat kaki, menuju lantai II Masjid Agung, masuk wc buang hajat kecil, berwudhu lalu salat berjamaah.
Gerakan kakinya lemah dan berat, akunya ada perih di punggung kaki. Tetapi ia tetap berjalan untuk bisa sujud. Hanya segelintir orang saja seperti Abdullah, lansia dan beberapa calon haji mau meluangkan waktunya, meski bis menunggu dan nama telah dipanggil.
“Pak Abdullah, Abdullah, Abdullah,” lebih tiga kali namanya disebut panitia dengan toa.
Sembari dipapah jamaah salat, Abdullah bisa sampai juga ke dalam bis jemputan, hingga akhirnya tiba di Pelabuhan Dede Tolitoli, berikut istri dan dua tas hajinya.
Naik ke atas kapal Sabuk Nusantara, Abdullah terpaksa digendong petugas kesehatan, sebab tangga naik kapal agak menantang baginya, meski tidak berombak. Di atas kapal, Abdullah kembali mendapat perhatian khusus tim medis yang siap sedia dengan obat-obatan selama di Kota Makkah dan Madinah.
“Tim medis Dinkes Tolitoli telah menyiapkan obatan-obatan yang cukup, sesuai dengan kebutuhan jamaah haji, termasuk lansia yang naik haji, intinya tim medis yang ikut bersama rombongan haji siap melayani dengan sebaik-baiknya,” ungkap Anjasmara, Kepala Dinas Kesehatan Tolitoli. (Ham)
Tinggalkan Balasan