SETELAH WABUB, GILIRAN KETUA DPRD TOLITOLI MENGAMUK
TOLITOLI — Belum hilang dari ingatan, memori 31 Januari 2018-episode Wakil Bupati Tolitoli Abdul Rahman H. Budding mengamuk di tengah prosesi pelantikan pejabat.
Kehebohan itu terulang. Kali ini, aktornya adalah sang anak yang juga Ketua DPRD Tolitoli, Moh. Randy Saputra, Selasa (1/9). Banyak kalangan mencibir, ibarat “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”.
Amukan Ketua dewan ini pecah di tengah suasana rapat dengar pendapat (RDP) dengan Badan Keuangan Daerah (BKD) sekira pukul 11.00 Wita. RDP, membahas tentang kesiapan anggaran Pemkab Tolitoli dalam penanganan masalah gizi buruk (stunting) di Kabupaten Tolitoli, dan melanjutkan pembahasan rapat sebelumnya yakni tentang pencairan gaji ke-13 ASN.
Dari pantauan Radar Sulteng, saat itu ketua dewan mempertanyakan keseriusan Kepala BKD Asrul Bantilan untuk membahas agenda penting yang muaranya demi kepentingan masyarakat di bidang kesehatan, kesejahteraan ASN maupun sektor lainnya.
Randy mengatakan, Kaban BKD sering tidak hadir saat diundang dalam rapat dengar pendapat maupun rapat penting lainnya. Begitupun saat diundang dalam RDP masalah gizi buruk dan gaji ke-13. Padahal, undangan sudah disampaikan oleh utusan sampai ke rumah Kaban BKD.
Nah, saat ditanya kenapa tidak hadir, Asrul mengaku tidak menerima undangan, padahal ada tanda tangan penerima undangan. Kemudian, Asrul juga menjawab, bahwa dirinya pada tanggal 31 Agustus tengah menghadiri acara perpisahan Sekkab Tolitoli Drs. Mukaddis Syamsuddin yang memasuki masa purna tugas atau pensiun.
Bukannya berlanjut, suasana RDP malah semakin panas. Randy yang mendengar jawaban tersebut sontak marah lalu melempar palu sidang ke arah meja Asrul Bantilan. Karena lemparan tidak tepat sasaran, Randy tambah mengamuk, lalu membanting meja di hadapannya, menginjak hingga kaca meja pecah.
Randy mengaku, lembaga yang dipimpinnya seakan sudah dilecehkan oleh Kaban BKD, karena beberapa kali diundang dalam pembahasan penting tidak pernah hadir, termasuk saat pembahasan anggaran penanganan gizi buruk dan gaji ke-13 ASN.
“Kalau cuman satu kali tidak hadir saat diundang, tidak masalah. Tapi, ini sudah beberapa kali diundang, alasan sama tidak menerima undangan. Parah,” geramnya.
Lanjut politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini, tidak hanya persoalan gaji ke-13, tapi banyak hal yang seharusnya Kaban BKD jelaskan kepada wakil rakyat di DPRD Tolitoli.
“Banyak persoalan yang harus dibahas, gizi buruk, demo ASN, pencairan anggaran dana desa yang selalu terlambat,” kata Randy dengan nada tinggi dan menunjuk ke arah Asrul.
Dikonfirmasi terpisah usai RDP, Asrul Bantilan mengaku tidak menyangka ketua dewan sangat marah. Kata Asrul dirinya hanya berusaha untuk menyampaikan perihal sebenarnya, bahwa ia bukan tidak mau hadir melainkan banyak kegiatan lain yang harus ia hadiri, termasuk pada 31 Agustus yakni acara perpisahan dengan Sekkab Tolitoli Drs. Mukaddis Syamsuddin.
“Saya juga tidak tahu pasti kenapa mengamuk, saya hanya mencoba memberikan penjelasan sebenarnya, kenapa dibalas dengan amukan,” ungkap Asrul singkat.
Untuk diketahui, dalam pemberitaan Radar Sulteng terkait wakil bupati mengamuk, pada saat itu Bupati Tolitoli Moh. Saleh Bantilan tetap menanggapi bentakan-bentakan wabup, juga dengan nada tinggi. Insiden ini bermula saat Bupati Saleh Bantilan memberi sambutan dalam pelantikan pejabat.
Tiba-tiba Wabup Budding datang dengan mengamuk dan menendang meja. Ia tak terima karena tidak dilibatkan dalam proses seleksi penempatan posisi pejabat.
Kata bupati, pejabat yang sudah dilantik tetap sah,
“Pelantikan selesai. Titik…Sekian dan teruma kasih,” tutup bupati dan beranjak pergi meninggalkan podium.
Demikian pula pada momen ketua dewan Moh Randy mengamuk, Kaban BKD Asrul Bantilan dalam video singkat yang direkam oleh salah seorang peserta rapat, tak membalas dengan reaksi yang sama , tetapi hanya sesekali menjawab suara lantang Moh Randy. (han)

Tinggalkan Balasan