Hilirisasi Industri “Menggila”, Maryono : Masyarakat Siap-Siap Jadi Subjek Investasi
NUSSA.CO, PALU – Hilirisasi industri di sejumlah daerah di Indonesia, diakui belum sepenuhnya membuat lega hati rakyat. Boro-boro bisa menaikkan taraf hidup, warga pedesaan justru semakin khawatir akan dampak negatif yang bakal timbul.
Kepala Desa (Kades) Tuntung, Kecamatan Bunta, Kabupaten Banggai Maryono Yusuf salah satunya yang mencemaskan hal itu.
Menurutnya, dampak negatif yang muncul saat ini telah terjadi di sejumlah daerah termasuk di Wawoni Tenggara, Konawe. Masyarakat di sana kerap mengajukan protes atas penambangan terbuka nikel yang berdampak pada kerusakan mata air dan berlumpur, plus kusutnya persoalan lahan.
“Nah, ini yang kami khawatirkan akan terjadi pula di daerah kami,” ungkap Kades Tuntung.
Atas dasar itulah, kata kades, sehingga ia bersama beberapa tokoh masyarakat Desa Tuntung, Selasa (5/09/2023), sambangi kantor Gubernur Sulawesi Tengah guna membahas situasi dan persoalan yang sedang santer dihadapi desanya.
Kades menilai, citra pembangunan nasional memang mrembuka luas ruang hilirisasi industri di seluruh wilayah Indonesia. Tentunya, Desa Tuntung tidak akan terlewati begitu saja.
Menurut kades muda yang baru saja dilantik ini, berhadapan langsung dengan sektor industrialisasi walkhusus pertambangan nikel, puluhan bahkan ratusan kondisi yang bersentuhan dengan pertambangan sudah pernah ia hadapi
Maryono yakin, kepala desa di sejumlah wilayah lain di Sulawesi Tengah pun pasti menghadapi dinamika yang hampir sama. Sehingga, jika memang bebasnya langkah investasi dengan konsep hilirisasi yang terlalu bar-bar dan tidak bisa dibendung, maka tidak salah jika setiap kepala desa menyiapkan dan mendorong kondisi masyarakat di desanya masing-masing untuk berpindah fokus.
“Jika hilirisasi industri sudah mulai bar-baran, maka masyarakat tidak boleh lagi hanya jadi subjek pemberdayaan, saya akan tetap ajak masyarakat desa untuk mengoptimalkan sarana pemberdayaan, juga mendorong masyarakat agar segera menyiapkan diri menjadi subjek investasi, kalau hal-hal masyarakat atas sumber daya produktif di desa saja harus dikebiri atas nama hilirisasi industri yang bar-bar itu, sudah waktunya masyarakat bersama desa juga berada pada konsep pertumbuhan sebagai subjek investasi,” tegasnya. (ham)
Tinggalkan Balasan