Ketua Reog Singo Menggolo Dan Kudo Menggolo Ipda Hadi Ajak Lestarikan
Jangan Sampai Reog Diakui Kesenian Malayasia Desak UNESCO Hak Paten 100 Persen Asli Budaya Tanah Air Indonesia Dan IKN Nussantara.
(FOTO : Dok / Nussa.co)
Ketua Reog Singgo Menggolo dan Kudo Menggolo Ipda Hadi – tengah – kaos hitam bersama segenap pengurus paguyuban berkeseniannya haturkan “Marhaban Ya Ramadhan 1443 H “ selamat menunaikan ibadah puasa, mohon maaf lahir dan bathin
PENULIS DAYA BHARA AJI, S.Sos,
BALIKPAPAN – Sebelum mengenal kiprah penggiat berkesenian Kota Balikpapan melalui budaya reog dan kuda lumping maka tentunya dapat mengetahui cerita legenda rakyat jaman dahulu kala yang kini kesenian reog dan kuda lumpingan terus melengenda
Di kutip dari Kisah mengenai sejarah asal mula Reog Ponorogo akan menjadi cerita rakyat Indonesia yang kami ceritakan malam hari ini. Ceritanya sangat menarik dan mengajarkan kita sebuah hikmah didalamnya. Selain itu kami juga menceritakan satu legenda rakyat yang asal muasal nya dari Negara Cina. Selamat membaca.
Putri Sanggalangit tak bisa menolak permintaan ayahnya. Namun, ia mengajukan sebuah syarat bagi para pangeran yang menginginkannya.
“Katakan kepada para pangeran itu, Ayah. Jika mau menikah denganku, mereka harus menerima syarat dariku, yaitu mengadakan pertunjukan yang belum pernah ada di negeri ini. Syarat yang kedua, pertunjukan itu harus diiringi oleh 140 penunggang kuda kembar. Kemudian syarat terakhir, mereka harus membawa seekor binatang berkepala dua,”ucap Putri Sanggalangit.
Raja kediri kaget mendengar persyaratan itu. Sungguh sulit syarat yang diajukan oleh putrinya. Tetapi, ia harus tetap mengumumkannya kepada para pangeran. Setelah Raja Kediri mengumumkan syarat itu, hanya dua pangeran yang sanggup mengikuti sayembara, yaitu, Raja Klono Sewandono
dan Pangeran Singabarong. Mereka pun pulang untuk mempersiapkan syarat tersebut.
(FOTO : Dok/Nussa.co)
Ketua Reog Singgo Menggolo dan Kudo Menggolo Ipda Hadi -kiri- kenakan pakaian kebesaran dinasnya selaku anggota Polri terus peduli perkenalkan kesenian reog, kuda lumpingan di Kota Balikpapan.
Beberapa hari kemudian, Raja Kelono sudah menyiapkan semuanya.Tapi, ada satu yang belum ia miliki, yaitu binatang berkepala dua. Dia hanya memiliki seekor merak yang sangat indah. Raka Kelono berharap Putri Sanggalangit menyukai merak miliknya.
Rombongan Raja Kelono pun berangkat ke kerajaan Kediri. Namun, di tengah perjalanan, rombongan Raja Kelono dihadang oleh seekor singa yang ganas. Sebenarnya singa itu adalah jelmaan Pangeran Singabarong. Ia ingin merebut apa yang disiapkan oleh Raja Kelono. Pangeran Singabarong sungguh licik. Beberapa prajurit menjadi korban keganasan singa itu. Pangeran Kelono lalu mencari cara untuk menghentikan singa yang ganas itu.
Olala… merak miliknya tiba-tiba pergi ke atas pundak singa itu. Ia mematuk kutu-kutu yang ada pada tubuh singa. Singa tersebut terlena. Pada saat yang bersamaan, Pangeran Kelana mengambil pecut sakti miliknya, lalu mengarahkannya pada singa dan merak. Akhirnya tubuh singa dan merak menempel menjadi satu. Mereka tak dapat dipisahkan. Pangeran Kelana pun berhasil menjinakkan singa itu.
Kini lengkap sudah syarat yang diajukan oleh Putri Sanggalangit. Rombongan Raja Kelono pun melanjutkan perjalanan ke kerajaan Kediri dan melakukan pentas di sana. Putri Sanggalangit sangat takjub melihat pementasan yang belum pernah ada itu. Putri Sanggalangit juga terpesona dengan hewan berkepala dua yang dibawa oleh Raja Kelono. Hewan berkepala singa dan merak. Sungguh indah.
Akhirnya, Putri Sanggalangit menerima pinangan Raja Kelono. Sejak saat itu, pertunjukan yang ditampilkan oleh Raja Kelono dinamakan dengan Reog Ponorogo.
(FOTO : Dok/Nussa.co)
Wali Kota Balikpapan Rahmad Masud ( foto kanan-) diarak reog sementara kiri penggiat seni reog dan kuda Lumping Kang Monot dari paguyuban Singgo Menggolo termasuk Kudo Menggolo
Dari riwayat sejarah itu lantas hikmah apa yang dapat tersirat agar dapat dimpelementasikan dalam sendi – sendi kehidupan keseharian “Jika ingin mendapatkan sesuatu maka berjuanglah sendiri tanpa harus merebut milik orang lain, karena akan apabila tetap dilakukan dengan cara demikian maka dapat mendatangkan mara bencana bagi diri sendiri (merugikan diri sendiri)”
Lantas sejauh mana pelestarian reog dan kuda lumpingan di Kota Balikpapan ? Di Kota Minyak ini didapati paguyuban Singo Menggolo dan Kudo Menggolo yang telah berdiri sejak puluhan tahun lamanya.
Siapa sangka ketua Reog Singgo Menggolo dan Kudo Menggolo di nakhodai langsung oleh anggota perwira Polri aktif yang bernama Ipda S. Hadi Wibowo dan berdinas di Polsek Balikpapan Utara.
(FOTO : Dok/Nussa.co)
Cinta budaya sendiri melalui performa atraksi reog, kuda lumping mengusung pelestarian akan kekayaan budaya nusantara di tanah air.
Untuk mengenal lebih dekat lagi maka ada pepatah “tak kenal maka tak sayang” media Nussa.co mencoba menyambangi markas panguyuban yang langsung di pimpin oleh Ipda Hadi (ramah disapa).
Setibanya crew media online di markasnya, langsung disambut hangat penuh keramahan dengan keluarga besar para penggiat seni reog, kuda lumpingan asal daerah luar Kaltim, Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) mengatasnamakan Reog Singo Menggolo beserta Kudo Menggolo.
Suasana pun langsung mencair penuh kebersamaan ditemani seduhan kopi hangat, tampak pula sesepuh (tokoh paguyuban) yang di tuakan.
Mengusir rasa penasaran jurnalis langsung mewawancarai akan kiprah sumbangsih kebanggan milik Polri, Polda Kaltim, Polres Balikpapan, Polsek Balikpapan Utara melalui sauri tauladan Ipda Hadi tulus ikhlas membesarkan dunia kesenian reog ponoroggo sekaligus kuda lumping. “Indonesia ini kaya akan ragam budaya, kesenian seperti reog, kuda lumping serta bukan rahasia lagi menjadikan ikon serta melengenda di tanah air,” urai Ipda Hadi.
Untuk itu Ipda Hadi ketika mengetahui kesenian reog ponorogo “gonjang – ganjingnya” menuai polemik atas klaim Negara Tetangga Malaysia bahwasan reog adalah kesenian asal negaranya. “Walau demikian saya selaku tokoh daerah “Wong Jowo” Ponorogo prihatin plus bangga sampai – sampai Malaysia mengakui, artinya negara mereka bangga akan tradisi tanah Jawa Timur melalui budaya reog – kannya,” ulas anggota perwira Polsek Balikpapan Utara.
(FOTO : Dok/Nussa.co)
Balikpapan tak lagi memasuki pandemic covid – 19 akan tetapi lebih kepada pandemic, maka baru – baru ini gabungan paguyuban termasuk Reog Singo Menggolo beserta Kudo Menggolo mentas disambut antusias warga kota Balikpapan hingga padati lokasi perhelatan
Akan tetapi atas pengakuan Malaysia tersebut menuai “kecaman” dari Indonesia skala nasional yang sama sekali tidak terima (kurang sependapat).
Menanggapi perihal tersebut Ipda Hadi berharap mendesak UNESCO untuk mematenkan (daftarkan) Reog merupakan brand kesenian asli “100 persen” milik Indonesia.
Agar hal itu tidak terus – terusan diklaim makanya ia bersama segenap penggiat dua paguyuban selain reog Singo Menggolo, Kuda Lumping Kudo Menggolo seperti Singngo Gunung Limo,
Sungngo Joyo Jati mengajak segenap bangsa agar dapat terus semangat melestarikan “membesarkannya” supaya tidak ada lagi negara diluar Indonesia mengakui reog milik bangsa lain. “Harapan kami kepada Pemkot Balikpapan dapat mendukung memberikan suportnya begitu juga dengan lintas pejabat terkait, Dinas Pariwisata,”tegas Ipda Hadi.
Ipda Hadi mengungkapkan “syukur alhamdulillah” walau sukses di perantauan sukses membesarkan budaya tanah kelahirannya sehingga pengemar kesenian reog, kuda lumpingan kian di gadrungi masyarkat luas tak hanya Jawa saja tetapi Banjar, Kutai, Sulawesi, Dayak dan lainnya inilah yang dinamakan bingkai keberagamannya melalui Bhineka Tunggal Ika.(aji/rin)
Tinggalkan Balasan